sungai musi di palembang

Sungai musi dan anak-anak sungainya telah lama berperan besar dalam perjalanan kehidupan di daerah palembang. Peran sungai musi dan beberapa anak sungainya dalam pergerakan penduduk, perdagangan dan pengiriman barang kebutuhan pokok saat ini tetap besar meskipun tidak seperti masa lalu. Warga sumatera selatan mulai berpaling dari sungai sejak tahun 1930-an. Pengiriman barang melalui sungai terakhir tahun 1996. Setelah jalan banyak yang sudah beraspal masyarakan lebih memilih lewat jalan darat karena lebih aman dan pengiriman barang lebih cepat.

jembatan ampera
jembatan ampera, sumber poto Jelajah Musi: eksotika sungai di ujung senja : laporan jurnalistik Kompas

Namun untuk daerah palembang dan sekitarnya terlebih daerah hilir, hingga kini sungai musi tetap menjadi andalan untuk transportasi dan pengiriman barang. Barang kebutuhan pokok tetap dikirim dari pasar 16 ilir Palembang ke daerah-daerah pedalaman yang belum memiliki jalan darat. Terutama ke daerah-daerah pedalaman yang belum memiliki jalan darat, terutama ke kawasan bekas transmigrasi Makarti Jaya. Sungsang dan Upang.

Berbagai aktifitas harian warga tetap dilakukan di daerah sepanjang sungai musi seperti mencuci, mandi bahkan kakus tradisional masih berdiri di beberapa tempat yang dialiri sungai musi mulai dari Tanjung Raya hingga Sungsang.

Sungai Musi disebut juga “Batanghari Sembilan” yang berarti sembilan sungai besar, pengertian sembilan sungai besar adalah Sungai Musi beserta delapan sungai besar yang bermuara di sungai Musi. Adapun delapan sungai tersebut adalah:[2][3]

1. Sungai Komering
2. Sungai Rawas
3. Sungai Leko/Batang Hari Leko
4. Sungai Lakitan
5. Sungai Kelingi
6. Sungai Lematang
7. Sungai Lahan/Sungai Semangus
8. Sungai Ogan

Titik Hulu Sungai Musi

hulu sungai musi
Hulu sungai musi, sumber: Jelajah Musi: eksotika sungai di ujung senja : laporan jurnalistik Kompas

Sungai musi dari hulu ke hilir yang melintasi bengkulu dan sumatera selatan adalah sepanjang 720 KM. Berdasarkan peta, hulu sungai musi berada di bukit kelam. Jaraknya sekitar 15 Kilometer arah timur laut curup, Ibukota kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Jalan terdekat untuk sampai ke hulu sungai musi itu dapat ditempuh dari desa air duku yang masuk dalam wilayah Rejang Lebong. (sumber Jelajah Musi: eksotika sungai di ujung senja : laporan jurnalistik Kompas).

Jembatan sungai musi

Jembatan Ampera (Amanat penderitaan rakyat) adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.

sungai musi dan jembatan ampera
sumber poto Jelajah Musi: eksotika sungai di ujung senja : laporan jurnalistik Kompas

Struktur jembatan ampera

Jembatan ampera yang terbentang di sungai musi mempunyai panjang 1.177 m[1] (bagian tengah 71,90 m).[butuh rujukan] Lebarnya 22 m[1] dan tinggi 11.5 m dari permukaan air. Tinggi dua menara di kedua sisinya 63 m[1] dari permukaan tanah dan jarak antara menara adalah 75 m. Beratnya 944 ton.

Sejarah jembatan ampera

Pembangunan jembatan Jembatan ampera dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut

Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.

Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara. Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).

Ikan sungai musi

Berdasarkan sumber Jepang Teliti Ikan Air Tawar Sungai Musi yang dikutip dari liputan6.com, Tiga peneliti asal Jepang memanfaatkan Pusat Pengembangan Perikanan Perairan Umum ASEAN (SEAFDEC) di Palembang, Sumatera Selatan, untuk meneliti mengenai ikan air tawar. Luas perairan umum Sumatera selatan yang memiliki 11 sungai serta 49 anak sungai dengan total panjang 920 km ini tercatat menjadi yang terluas di Indonesia. Terdapat 221 jenis ikan di Sungai Musi, salah satunya yang terkenal adalah belida di mana ikan itu sudah terancam punah, belum lagi jenis ikan lainnya.